PALEMBANG, BS.COM - Penutur aksara Ulu, Achmad Rapanie Igama menyatakan kegembiraannya. Hal itu disebabkan masyarakat dunia pendidikan begitu antusias untuk belajar memahami aksara ulu atau dikenal huruf Ka Ga Nga.
Festival Siguntang 2020 itu digelar Forum Pariwisata dan Kebudayaan (FORWIDA) Sumsel. Kegiatan itu didukung Perkumpulan Pencinta Aksara Ulu Sumatera Selatam dan Pencinta Sejarah (PESE) Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang.
Menurut Rapanie, bagi generasi milenal, aksara ulu atau surat ulu terdengar asing. Namun generasi mendatang bertugas untuk melestarikan aksara tersebut agar tidak punah begitu saja.
“Karena itu perlu ada upaya pelestarian terhadap warisan budaya leluhur tersebut. Ya, selain dilakukan pelatihan seperti sekarang, harapan saya agar huruf Ka Ga Nga ini dapat dijadikan muatan lokal dalam mata pelajaran sekolah di Sumatera Selatan,” kata Rapanie.
Menurut Rapanie, keinginan itu dapat terwujud apabila semua pihak, antara lain, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, akademi dan masyarakat umum ikut berpartisipasi untuk mengenalkan aksara ulu ke pada masyarakat dunia.
“Dengan aksara ini menunjukkan bahwa Sumsel memiliki budaya tulis berciri khas daetahnya sendiri,” kata Rapanie.
Peserta pelatihan itu diikuti guru SD, guru SMP, guru SMA, Asosiasi Sejarah Indonesia (AGSI) Sumsel, pegawai Disdik Sumsel, mahasiswa, masyarakat umum, Ikatan Duta Sekolah Sumsel serta siswa SMA.
Menurut Rapanie, banyak yang ingin tahu tentang misteri aksara ulu. Ini pertanda bahwa tak sedikit kalangan muda berusaha keras untuk memahami warisan budaya milik sendiri.
Kegiatan itu, katanya, dibagi menjadi empat sesi pelatihan. Dalam sehari terdapat dua sesi pelatihan, yakni, pelatihan pagi dan siang hari. Peserta pelatihan ini diikuti 184 peserta. Sedangkan pelatih yang tampil dalam kegiatan, pakar Rapanie Igama, Wahyu Rizky Andhifani dan Nuzulur Ramadhona.
Pencinta Aksara Ulu Sumsel mengadakan petisi mendukung aksara ulu menjadi pelajaran muatan lokal Sumatera Selatan.
Tujuannya agar aksara ulu tetap dikenal dan dilestarikan generasi penerus. Petisi itu ditandatangani 224 tanda tangan, di antaranya tanda tangan Wakil Gubernur Sumsel H Mawardi Yahya dan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Selatan, Aufa Syahriza Sarkoni. (Red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar