Demi Wujudkan Ketersediaan Air Bagi Warga Adakan Gerakan Suci - BERANTAS SUMSEL

Breaking

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Minggu, 14 Juli 2019

Demi Wujudkan Ketersediaan Air Bagi Warga Adakan Gerakan Suci


JAKARTA, BS.COM - Air adalah inti dari kehidupan. Ketiadaan air, membuat standar kehidupan yang layak sulit untuk dipenuhi makhluk hidup. Karena kehidupan tergantung dengan keberadaan air. 

Begitu pun juga sebaliknya bagi manusia yang hampir 70 persen tubuhnya mengandung air.

Seperi Gunung Kidul adalah salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang luasnya bisa mencapai sekitar 1/2 atau 46,63 persen luas wilayah DIY dengan Ibu Kota Wonosari, yang terletak disebelah Tenggara Kota Yogyakarta. Disebelah Selatan/Kidul dari Pegunungan Sewu, menyebabkan wilayah ini disebut Gunung Kidul atau Gunung Selatan.

Secara geografis, Gunung Kidul terletak disebelah selatan yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Kabupaten Klaten, Sukoharjo dan Kabupaten Sleman disebelah Utara. Kabupaten Wonogiri disebelah Timur, serta Kabupaten Bantul disebelah Barat.

Kondisi alam Gunung Kidul memang merupakan daerah yang didominasi bebatuan kapur dan karang. Menurut sejarahnya, wilayah ini jutaan tahun yang lalu adalah dasar laut, yang akibat pergeseran lempeng bumi baik secara tektonik, vulkanik dan kejadian alam lainnya mengakibatkan wilayah dasar laut ini muncul di permukaan. Sehingga tidak heran jika kondisi tanah di Gunung Kidul didominasi oleh batu-batu karang dan kapur, bahkan seringkali masih ditemukan fosil-fosil kerang dan hewan laut lainnya.

Dengan kondisi yang demikian. Tentunya tanah yang kering, tandus, berbatu, gersang dan banyaknya sungai-sungai bawah tanah seperti umumnya tanah karst, membuat sulitnya supply air, pertanian di Gunung Kidul pun tidak berjalan optimal. Pertanian lebih banyak mengandalkan pengairan dari air hujan (sawah tadah hujan) yang sangat tergantung pada musim, dan kurangnya air bersih. Demikian disampaikan Kolonel CPL Simon Petrus Kamlasi kepada IMO-Indonesia, minggu 14/07/2019

Kolonel CPL Simon Petrus juga menuturkan bahwa selama ini upaya dari pemerintah setempat dalam meminimalkan krisis air adalah dengan mendistribusikan air dari sumber air Kali Puring, yaknk tempat satu-satunya sumber air yang dimanfaatkan dan didistribusikan, sebelum ditemukannya sumber air baru yang lebih besar di Goa Pulejajar. Hal ini menggunakan mobil tangki ke penduduk.
"Namun pasokan air dari mobil tangki tersebut sering terhambat, apalagi di musim kemarau, karena debit air di sumber air Kali Puring semakin kecil debit airnya," ungkapnya.

Dengan pemanfaatan sumber air baru yang debit airnya jauh lebih besar dari sumber air Goa Pulejajar melalui pengangkatan air ke permukaan dan dialirkan ke masyarakat, bisa membantu warga dalam memenuhi kebutuhan air, baik kebutuhan air bersih untuk kehidupan sehari-hari, juga untuk kebutuhan pengairan pertanian, yang semula 90 persen persawahan mengandalkan air di musim hujan menjadi pertanian sepanjang waktu.
"Digunakan untuk peternakan, budidaya ikan air tawar, dan lain sebagainya," imbuhnya.

Sementara itu, kurangnya ketersediaan air inilah yang mendorong para pemuda desa yang tergabung dalam Kombi (Komunitas Merangkul Bumi) tergerak untuk mencari titik-titik potensi sumber air bersih di wilayah Gunung Kidul.

Sebenarnya ada banyak sungai mengalir, namun jenis sungai ini adalah sungai bawah tanah. Untuk membawa air tersebut ke permukaan tanah memerlukan usaha yang tidak mudah. Inilah yang sedang diupayakan oleh para pemuda desa beserta komponen masyarakat lainnya.

Salah satu titik sumber air bawah tanah dengan jumlah air yang cukup besar berhasil ditemukan di dalam Goa Pulejajar di Pedukuhan Nglaban, Desa Jepitu, Kecamatan Girisubo, Kabupaten Gunung Kidul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Desa Jepitu adalah salah satu desa yang ada di Kecamatan Girisubo, Kabupaten Gunung Kidul. Desa ini berjarak 40 kilometer di selatan Gunung Kidul, berdekatan dengan Pantai Wedi Ombo. Daerah ini mengalami krisis air bersih hampir sepanjang tahun.

Pada 14 September 2018 lalu, dengan dukungan dari Kasum Letjen TNI Joni Supriyanto yang juga merupakan putra daerah asli dari Gunung Kidul, inisiator gerakan SUCI (Semangat Untuk Cinta Indonesia) yang sangat peduli terhadap tanah kelahirannya, mengutus Kapaldam Jaya Kolonel CPL Simon P Kamlasi untuk mensupervisi dan turun langsung ke dalam perut bumi untuk mengeksplorasi sungai bawah tanah yang berada di Goa Pulejajar bersama dengan para pemuda sekitar yang tergabung dalam Komunitas Merangkul Bumi (Kombi) dan tim dari Kodim 0730/Gunung Kidul, Yogyakarta.

Gerakan SUCI merupakan sebuah gerakan yang dicetuskan oleh Kasum TNI Joni Supriyanto. Sebuah gerakan untuk mencintai Indonesia.

Gerakan untuk kembali ke kampung halaman, desa-desa, mengangkat serta memberikan solusi atas berbagai masalah yang terjadi di daerah/kampung halaman masing-masing. Juga sebuah gerakan kembali meneladani nilai-nilai nenek moyang kita, yang guyup rukun gotong royong, tanpa meminta balas jasa tertentu. (Red)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Responsive Ads Here